-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

DPW LPLHI-KLHI Prov.Riau Pantau Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Semburan Lumpur & Gas Tekanan Tinggi di Tenayan Raya

Tuesday 9 February 2021 | Tuesday, February 09, 2021 WIB | 0 Views Last Updated 2021-02-09T17:32:22Z


 


Pekanbaru,(Redaksiriau.com) - Pasca 5 hari semburan lumpur dan gas di Pondok Pesantren Al Ikhsan Boarding School Kampus 2 di Kelurahan Tuah Negeri Kecamatan Tenayan Raya, ± 1 Km dari Kantor Walikota Pekanbaru, Riau, hampir semuanya rusak berat.

(Foto : DPW LPLHI-KLHI Prov.Riau saat melakukan pantauan kerusakan lingkungan akibat semburan lumpur dan gas, pagi tadi)

Noverli selaku Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Lembaga Penyelamat Lingkungan Hidup Indonesia - Kawasan Laut, Hutan dan Industri (DPW LPLHI-KLHI) Provinsi Riau beserta tim yang terdiri dari Ruby Ratno selaku Humas, Litcher Ompu Sunggu Div. Perindustrian, Ichsan selaku pengamat Geologi didampingi Nasri Joni, turun ke lokasi kejadian untuk memantau dampak kerusakan terhadap lingkungan.

(Foto : Dampak kerusakan lingkungan dan bangunan Pondok Pesantren Al Ikhsan akibat semburan lumpur dan gas tekanan tinggi di Tenayan Raya)

Dilokasi kejadian masih terdengar suara semburan gas berlumpur akan tetapi tidak lagi sekuat dari hari sebelumnya, namun tumpukan lumpur terus bertambah dan mengalir hingga ke halaman Pondok Pesantren Al Ikhsan.

(Video : Situasi semburan lumpur dan gas saat ini dilokasi Pondok Pesantren Al Ikhsan, pagi tadi)

Menurut informasi dari Bapak Herman selaku Babinsa Kelurahan Tuah Negeri Kecamatan Tenayan Raya saat dimintai keterangan oleh Noverli, mengatakan, saat ini di lokasi kejadian terus dilakukan pengawalan dan pengamanan ketat bersama anggota polsek Tenayan Raya dan tim Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) di posko semburan lumpur, agar masyarakat tidak mendekat ke titik semburan gas berlumpur yang sangat berbahaya dan dalam siaga 1.


Sebelumnya, 5 hari yang lalu kejadian bermula dari pengeboran air minum yang dilakukan oleh pekerja sumur bor saat mencari sumber air di kedalaman 115 meter, tiba-tiba menyembur lumpur bermuatan gas tekanan tinggi hingga menimbulkan kepanikan pada pekerja pengeboran dan lebih dari 30 siswa yang saat itu sedang melakukan kegiatan belajar di kelas. Sehingga para siswa segera dievakuasi ke Mesjid yang tidak jauh dari Pondok Pesantren Al Ikhsan Boarding School Kampus 2.


Saat tim DPW LPLHI-KLHI Provinsi Riau melakukan pantauan di lokasi kejadian, tanpak tumpukan lumpur sudah menggunung sekitar lebih 10 meter, sejumlah kelas di Pondok Pesantren itu roboh ditimpa lumpur dan bebatuan dari lubang semburan lumpur dan gas bertekanan tinggi tersebut.


Di posko semburan lumpur terlihat tim Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB), Babinsa dan Anggota Polsek Tenayan Raya terus bersiaga mengamankan titik lokasi semburan. 


Sementara itu, Litcher Ompusunggu selaku Divisi Perindustrian dari DPW LPLHI - KLHI Provinsi Riau mengatakan, semburan lumpur bergas tekanan tinggi tersebut disebabkan karena adanya cairan magma dan hidrotermal yang berasal dari lapisan masuk ke dalam sedimen lumpur yang memicu reaksi masif dan menciptakan gas yang menghasilkan tekanan tinggi dibawah permukaan bumi. 


Sedangkan menurut Kepala Sekolah Pondok Pesantren Al Ikhsan Boarding School yakni Untung Wahyudi, kerugian yang dialami pondok pesantren belum bisa ditaksir, karena masih fokus dengan penanganan semburan gas yang disertai lumpur dan bebatuan tersebut. 


Pada kesempatan itu, Noverli selaku Ketua DPW LPLHI - KLHI Provinsi Riau juga berharap agar masyarakat jangan mendekat ke titik lokasi kejadian, sebab dikhawatirkan gas bercampur lumpur dan bebatuan tersebut mengandung H2S yang berbahaya untuk pernafasan bahkan dapat menyebabkan kematian jika melebihi 10 ppm, terutama di malam hari yang akan mengendap dan  berkonsentrasi pada ketinggian 1 meter di atas tanah.


Beliau juga mengingatkan team aparat pengamanan yang berada disana untuk menggunakan ear plug atau pelindung telinga jika tingkat kebisingan melebihi 85 decible, dan untuk tidak mendekat dalam radius 50 meter.


Noverli selaku ketua DPW LPLHI-KLHI Prov.Riau juga menghimbau kepada Pemerintah Kota Pekanbaru agar kedepan untuk dapat lebih tegas kepada para pengusaha sumur bor dalam menjalankan regulasinya serta memperbanyak sumur resapan untuk mengurangi dampak banjir dan penghentian pembuatan sumur bor yang berdampak buruk bagi lingkungan."Tegasnya.**(red)


Sumber : Humas DPW LPLHI-KLHI Prov.Riau








×
Berita Terbaru Update